Entri Populer

Kamis, 26 Mei 2011

Laporan praktikum Akali

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ciri khas yang paling mencolok dari logam alkali dan alkali tanah adalah kereaktifannya yang luar biasa besar. Kebanyakan orang tidak mengenal logam natrium, kalium dan kalsium karena logam-logam ini begitu aktif sehingga mereka tak terdapat sebagai unsur, bila bersentuhan dengan udara atau air akan terlihat korosi. Tak satupun dari unsur-unsur golongan IA dan IIA terdapat di alam dalam keadaan unsurnya, semua unsur alkali terdapat dalam senyawa alam sebagai ion unipositif (positif-satu) dan semua unsur alkali tanah terdapat sebagai iondipositif (positif-dua).
Dalam sistem periodik yang bersifat logam yaitu unsur-unsur golongan s (Alkali = golongan IA dan Alkali tanah = golongan IIA). Logam Alkali terdiri dari beberapa unsur diantaranya, Litium (Li), Natrium (Na), Kalium (K), Rubidium (Ra), Cesium (Cs) dan Fransium (Fr). Pada golongan Alkali tanah terdiri dari enam unsur, yaitu Berilium (Be), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Stronsium (Sr), Barium (Ba) dan Radium (Ra).
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan percobaan ini, untuk dapat mengetahui sifat-sifat logam alkali dan alkali tanah dengan cara analisis uji nyala dan kelarutan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini yaitu, bagaimana mengetahui sifat kelarutan dan reaksi nyala yang terbentuk dari logam alkali dan alkali tanah.
C. Tujuan
Untuk mengetahui sifat logam alkali dan alkali tanah dengan analisis uji nyala dan kelarutan.
D. Manfaat Percobaan
1. Mahasiswa dapat mengetahui sifat kelarutan logam alkali dan alkali tanah
2. Mahasiswa dapat membedakan warna nyala yang terbentuk dari setiap unsur logam alkali tanah.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Logam Alkali
Salah satu ciri khas dari logam alkali adalah memiliki spektrum emisi. Sprektum ini dihasilkan bila larutan garamnya dipanaskan dalam nyala Bunsen, atau dengan mengalirkan muatan listrik pada uapnya. Ketika atom diberi energi (dipanaskan) elektronnya akan tereksitasi ke tingkat yang lebih tinggi. Ketika energi itu dihentikan, maka elektronnya akan kembali lagi ke tingkat dasar sehingga memancarkan energi radiasi elektromagnetik.
Lagam alkali merupakan golongan IA pada unsur periodik yang terletak pada lajur paling kiriyaitu pada grup 1. Unsur-unsur golongan alkali (IA) terdiri dari tujuh unsur yaitu, Hidrogen (H), Litium (Li), Natrium (Na), Kalium (K), Rubidium (Rb), Cesium (Cs) dan Fransium (Fr). Unsur-unsur golongsn IA merupakan unsur logam alkali kecuali hidrogen (H) yang merupakan unsur non logam. Unsur logam alkali merupakan unsur yang paling elektropositif dibandingkan dengan unsur-unsur lain yang seperiode, artinya unsur logam alkali mudah melepaskan 1 elektron valensinya untik mencapai konfigurasi elektron gas mulia yang stabil dan membentuk ion positif, contohnya Na (z = 11) melepaskan satu elektron dan membentuk ion Na+ (z’= 10) yang konfigurasi elektronya menyerupai atom unsur gas mulia Ne (z = 10).
Golongan alkali terdiri dari Li, Na, K, Rb, Cs, Fr. Logam alkali ini berwarna keperakan berupa padatan yang sangat reakstif karena mempunyai elektron terluar 1 elektron. Logam alkali mempunyai titik leleh yang sangat rendah. Biasanya disimpan dalam minyak tanah untuk mencega oksidasi oleh udara . bersifat sangat lunak sehingga muda dipotong menggunakan pisau/spatula biasa dan sifat kimia dari golongan alkali ialah, merupakan logam yang sangat reaktif, pereduksi yang baik bereaksi kuat dengan air membentuk hidrogen, reaksi eksotermik dan eksplosif serta larut dalam amonium.
Unsur-unsur logam alkali merupakan unsur yang sangat reaktif dan mudah bereaksi dengan unsur-unsur lain. Selain itu unsur-unsur logam alkali bersifat sebagai reduktor yang kuat dan dalam satu golongan semakin ke bawah semakin kuat sefat reduktornya. Unsur natrium (Na) dan kalium (K) merupakan unsur-unsur logam alkali yang paling banyak terdapat di alam dibandingkan dengan unsur logam alkali lainnya, sedangkan unsur logam alkali yang paling sedikit terdapat di alam adalah unsur fransium (Fr) yang bersifat radioaktif.
Logam Alkali sangat reaktif, karena itu harus disimpan dalam minyak. Sifat yang umum dimiliki oleh logam alkali adalah sebagai konduktor panas yang baik, titik didih tinggi, permukaan berwarna abu-abu keperakan. Atom logam alkali bereaksi dengan melepaskan 1 elektron membentuk ion bermuatan +1. Na → Na+ + 1 e-. Susunan elektron dari 2.8.1, yang merupakan konfigurasi elektron gas mulia. Sifat lain logam alkali, memiliki titik leleh rendah, densitas rendah, sangat lunak. Kecenderungan golongan alkali dengan meningkatnya nomor atom yaitu, Titik leleh dan titik didih menurun, unsur lebih reaktif, ukuran Atom membesar (jari-jari makin besar), densitas meningkat proportional dengan meningkatnya massa atom, kekerasan menurun. Jika dipanaskan diatas nyala api memberikan warna yang spesifik. Litium – merah, natrium – kuning, Kalium – lila/ungu, Cesium – biru.

Litium (Li) dan natrium (Na) dapat diperoleh dengan elektrolisis garam leburan atau eutetik bertitik leleh rendah seperti CaCl2 + NaCl, karena titik lelehnya yang rendah dan mudah menguap, K, Rb dan Cs tidak dapat dengan mudah dibuat melalui elektrolisis namun dapat diperoleh dengan mengolah lelehan klorida dengan uap natrium. Logam-logam dimurnikan dengan destilasi. Li, Na, K dab Rb adalah keperakan tetapi Cs berwarna kuning keemasan, karena hanya terdapat satu elektron valensi tiap atom logam, energi ikatan dalam kemasan rapat kisi logam relatif lemah. Oleh karenanya logam-logam tersebut lunak dengan titik leleh yang rendah. Na-K dengan 77,2% K mempunyai titik leleh – 12.3.
Kalium (K) yang terdapat di alam bersifat sedikit radioaktif karena mengandung kira-kira 0,02% isotop radioaktif 40K dengan waktu paruh 1.3 x 109 tahun. Ternyata, proporsi radiasi yang cukup signifikan dihasilkan oleh tubuh manusia berasal dari isotop 40K. Ekstraksi logam kalium dalam sel elektrolitik akan sangat berbahaya karena sifatnya yang sangat reaktif. Proses ekstraksi melibatkan reaksi logam natrium dengan lelehan kalium klorida pada temperatur 850oC, menurut persamaan reaksi:
KCl(l) + Na(l) K(g) + NaCl(l)
Kesetimbangan reaksi tersebut sesungguhnya menggeser ke kiri pada temperatur 850oC, kalium berupa gas (titik didih kalium 766 oC dan titik didih natrium 890 oC). Oleh karena itu dengan prinsip Le Chatelier, kesetimbangan reaksi dapat didorong ke kanan dengan memompa gas kalium hasil yang berwarna hijau keluar dari sistem untuk kemudian dipadatkan.


B. Logam Alkali Tanah
Logam alkali tanah berwarna putih keperakan dan mempunyai densitas (rapatan) relatif rendah yang semakin besar dengan naiknya nomor atom kecuali kalsium (Ca). ikatan metalik logam-logam alkali tanah lebih kuat daripada ikatan ikatan metalik logam alkali. Walaupun densitas naik dengan naiknya nomor atom seperti halnya golngan alkali, titik leleh dan entalpi atomisasi berubah hanya sedikit saja berbeda dengan golongan alkali. Logam alkali tanah kurang reaktif artinya kurang elektropositif daripada logam alkali, namun lebih reaktif disbanding logam-logam yang lain. Ion logam alkali tanah selalu mempunyai tingkat osidasi +2 dan senyawanya bersifat stabil, padatan bersifat ionik, tak berwarna kecuali hadirnya anionik berwarna. Sebagian sifat kovalen dijumpai untuk senyawa magnesium, terlebih-lebih senyawa berkalium didominasi oleh ikatan kovalen.
Dibandingkan dengan logam alkali pada periode yang sama, titik leleh dan titik didih lebih tinggi, lebih keras, lebih kuat dan lebih padat. Hal ini disebabkan karena terdapat dua delokalisas elektron per ion dalam kristal yang memberikan gaya elektronik lebih besar dengan muatan ion, M2+ yang lebih tinggi. Sifat kimia sangat mirip misalnya dalam pembentukan senyawa ionik tetapi berbeda dalam rumus dan reaktivitas lebih rendah karena energi ionisasi (IE) pertama lebih tinggi dan terdapatnya energi ionisasi kedua membentuk ion M2+ yang stabil. Bilangan oksidasi senyawa selalu +2 di dalam senyawa, dua elektron s terluar lepas, sedangkan energi ionisasi ketiga sangat tinggi untuk membentu ion +3. Golongan 2 yang stabil membentuk konfigurasi elektron gas mulia. Contoh; ion kalsium, Ca2+, 2,8,8 atau1s22s22p63s23p6, pada umumnya makin ke bawah dalam satu golongan nomor atom cenderung makin meningkat. Energi Ionisasi pertama atau kedua menurun, karena jari-jari atom makin besar akibat adanya ekstra kulit yang terisi. Elektron terluar sangat jauh dari inti sehinga tertarik lemah oleh inti sehingga lebih sedikit energi yang diperlukan untuk melepaskannya.
Berkelium (Be) diperoleh dari mineral (Be3Al2(SiO3)6). Berkelium bebeda dengan logam alkali tanah lainnya, karena Be dan senyawanya sangatlah beracun sehingga memerlukan penanganan khusus. Berkelium merupakan alkali tanah yang paling ringan biasanya digunakan dalam campuran allois dengan Ni, Cu dan logam lainnya karena bisa meningkatkan kekuatan logam dan melindungi dari korosi.
Magnesium (Mg) dapat dihasilkan dengan beberapa cara. Sumber yang penting adalah batuan dolomite dan air laut yang mengandung 0,13% Mg. pertama-tama dolomite dikalsinasi menjadi campuran CaO/MgO dari mana kalsium akan dihasilkan dengan penukar ion menggunakan air laut. Kesetimbangannya disukai karena kelarutan Mg(OH)2 lebih rendah daripada Ca(OH)2. Magnesium berwrna putih keabu-abuan dan mempunyai permukaan pelindung lapisan tipis oksida. Jadi ia tidak diserang oleh air meskipun kemungkinannya sangat kuat, kecuali bila berupa amalgam. Meskipun demikian ia mudah larut dalam asam encer. Magnesium digunakan dalam aliasi konstruksi sinar dan untuk pembuatan pereaksi Grignard dengan interaksinya terhadap alkali atau aril halida dsalam larutan encer.
Stronsium (Sr) merupakan unsur logam alkali tanah yang reaktif, mudah ditempa, mudah dibentuk dan berwarna putih perak ketika baru dipotong. Stronsium dapat segera teroksidasi di udara luar dan bereaksi dengan air membebtuk stronsium hidroksida dan gas hidrogen. Di alam stronsium tidak pernah ditemukan dalam keadaan bebas, tetapi dalam bentuk senyawa Strontianit (SrCO3) dan Selestit (SrSO4). Sedangkan dalam laboratorium dapat dibuat melalui elektrolisis senyawa-senyawa karbonat, sulfat atau klorida dari stronsium. Stronsium (Sr) digunakan pada pembuatan kembang api, petasan dan lampu jalan kereta api, digunakan pada pembuatan gula pasir dan isotop stronsium-85 digunakan untuk mendeteksi kanker tulang.
C. Uji nyala








Teknik ini dikatakan uji warna nyala atau kadang disingkat uji nyala adalah metoda analisis untuk logam. Prinsipnya sederhana, melihat perubahan warna nyala api. Karena beberapa logam memberikan warna nyala yang khas bila dibakar pada api oksidasi. metoda ini sebenernya metode klasik tapi masih cukup akurat untuk analisis kualitatif, setidaknya memberikan arah yang sangat jelas untuk analisis logam. Alat yang dipakai hanyalah Kawat nikrom (sebuah alloy nikel-kromium) atau kawat platina, harus logam ini yang dipakai karena kedua kawat tersebut tidak akan memberikan warna bila dibakar, dan harus hati-hati dengan kawat ose, karena bentuknya yang agak mirip.
Tabel 1. Hasil Uji Nyala
Logam gambar hasil
Natrium
Kalium
Litium
Kalsium
Tembaga

Keterangan : Li ( merah), Na (orange), K (pink), Rb (merah atau lembayung kemerah-merahan), Cs (biru lembayung), Ca (orange-merah), Sr (merah), Ba (hijau pucat), Cu (biru-hijau), Pb (putih keabu-abuan).
Warna-warna yang ada pada tabel tersebut hanya merupakan panduan. Hampir setiap orang yang melakukan uji nyala berbeda dalam mengamati dan menjelaskan warna yang terjadi. Sebagai contoh, beberapa orang menggunakan kata "merah" beberapa kali untuk menunjukkan beberapa warna yang bisa sangat berbeda satu sama lain. Disamping itu, ada juga yang menggunakan kata seperti "merah padam" atau "merah tua" atau "merah gelap", tapi tidak semua orang mengetahui perbedaan antara kata-kata yang dipakai untuk menunjukkan warna ini.
Warna nyala dihasilkan dari pergerakan elektron dalam ion-ion logam yang terdapat dalam senyawa. Sebagai contoh, sebuah ion natrium dalam keadaan tidak tereksitasi memiliki struktur 1s2 2s2 2p6 . Jika dipanaskan, elektron-elektron akan mendapatkan energi dan bisa berpindah ke orbital kosong manapun pada level yang lebih tinggi – sebagai contoh, berpindah ke orbital 7s atau 6p atau 4d atau yang lainnya, tergantung pada berapa banyak energi yang diserap oleh elektron tertentu dari nyala. Karena sekarang elektron-elektron berada pada level yang lebih tinggi dan lebih tidak stabil dari segi energi, maka elektron-elektron cenderung turun kembali ke level dimana sebelumnya mereka berada – tapi tidak mesti sekaligus.















BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat dilaksanakanya percobaan ini adalah sebagai berikut:
Hari/Tanggal : Jumat, 29 April 2011
Waktu : PukuL 08.00-11.00 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar,
Samata Gowa.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu, gelas kimia 300 mL, tabung reaksi, rak tabung, kawat platina, gegep kayu, pinset dan botol semprot.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu, aquades, asam klorida (HCl) 10%, barium klorida (BaCl2) 0,01N, barium klorida (BaCl2 PA), kalsium klorida (CaCl2) 0,01N, kalsium klorida (CaCl2 PA), magnesium klorida (MgCl2) 0,01N, magnesium klorida (MgCl2 PA), natrium klorida (NaCl) 0,05M, natrium klorida (NaCl PA), natrium hidroksida (NaOH) 1N, natrium karbonat (Na2CO3) 0,01N, natrium sulfat (Na2SO4) 0,01N, stronsium klorida (SrCl2) 0,01N, stronsium klorida (SrCl2 PA).
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut:.
1. Uji nyala
Membersihkan kawat platina dengan cara mencelupkan ke dalam HCl 10%, kemudian panaskan kawat tersebut kedalam nyala, sampai tidak menghasilkan warna lain (kawat yang bersih tidak mengubah warna). Kemudian celupkan kawat ke dalam larutan uji dan kedalam larutan padatnya, kemudian panaska dan amati warna yang dihasilkan.

2. Uji kelarutan logam alkali dan alkali tanah
a. Memasukkan 1 mL larutan MgCl2 0,01 N ke dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan tetes demi tetes larutan NaOH 1 N dan mengamati kelarutannya.
b. Memasukkan 1 mL larutan CaCl2 0,01 N ke dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan tetes demi tetes larutan NaOH 1 N dan mengamati kelarutannya.
c. Memasukkan 1 mL larutan SrCl2 0,01 N ke dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan tetes demi tetes larutan NaOH 1 N dan mengamati kelarutannya.
d. Memasukkan 1 mL larutan BaCl2 0,01 N ke dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan tetes demi tetes larutan NaOH 1 N dan mengamati kelarutannya.
e. Memasukkan 1 mL larutan MgCl2 0,01 N ke dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan tetes demi tetes larutan Na2SO4 0,01 N dan mengamati kelarutannya.
f. Memasukkan 1 mL larutan CaCl2 0,01 N ke dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan tetes demi tetes larutan Na2SO4 0,01 N dan mengamati kelarutannya.
g. Memasukkan 1 mL larutan SrCl2 0,01 N ke dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan tetes demi tetes larutan Na2SO4 0,01 N dan mengamati kelarutannya.
h. Memasukkan 1 mL larutan BaCl2 0,01 N ke dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan tetes demi tetes larutan Na2SO4 0,01 N dan mengamati kelarutannya.
i. Memasukkan 1 mL larutan MgCl2 0,01 N ke dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan tetes demi tetes larutan Na2CO3 0,01 N dan mengamati kelarutannya.
j. Memasukkan 1 mL larutan CaCl2 0,01 N ke dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan tetes demi tetes larutan Na2CO3 0,01 N dan mengamati kelarutannya.
k. Memasukkan 1 mL larutan SrCl2 0,01 N ke dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan tetes demi tetes larutan Na2CO3 0,01 N dan mengamati kelarutannya.
l. Memasukkan 1 mL larutan BaCl2 0,01 N ke dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan tetes demi tetes larutan Na2CO3 0,01 N dan mengamati kelarutannya.






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Uji Kelarutan
Larutan NaOH Na2SO4 Na2CO3
MgCl2 sukar larut larut Larut
CaCl2 sukar larut larut Larut
SrCl2 sedikit larut sedikit larut sedikit larut
BaCl2 Larut sukar larut sukar larut

2. Uji Nyala
Larutan Warna
NaCl 0,05M kuning
MgCl2 0,01N putih
CaCl2 0,01N orange
SrCl2 0,01N merah
BaCl2 0,01N hijau

B. Reaksi
1. Uji nyala
a. BaCl2 (l) + O2 → BaO2(s) + Cl2 (g)
b. NaCl (l) + O2 → NaO(s) + Cl2 (g)
c. SrCl2 (l) + O2 → SrO2(s) + Cl2 (g)
d. CaCl2 (l) + O2 → CaO2(s) + Cl2 (g)
e. MgCl2 (l) + O2 → MgO2(s) + Cl2 (g)
2. Uji kelarutan alkali dan alkali tanah
a. MgCl2 (l) + 2NaOH(l) → Ba(OH)2(l) + 2 NaCl (l)
b. CaCl2 (l) + 2NaOH(l) → Ba(OH)2(l) + 2 NaCl (l)
c. SrCl2 (l) + 2NaOH(l) → Ba(OH)2(l) + 2 NaCl (l)
d. BaCl2 (l) + 2NaOH(l) → Ba(OH)2(l) + 2 NaCl (l)
e. MgCl2 (l) + Na2SO4(l) → MgSO4(l) + 2 NaCl (l)
f. CaCl2 (l) + Na2SO4(l) → CaSO4(l) + 2 NaCl (l)
g. SrCl2 (l) + Na2SO4(l) → SrSO4(l) + 2 NaCl (l)
h. BaCl2 (l) + Na2SO4(l) → BaSO4(l) + 2 NaCl (l)
i. MgCl2 (l) + Na2CO3(l) → MgCO3(l) + 2 NaCl (l)
j. CaCl2 (l) + Na2CO3(l) → CaCO3(l) + 2 NaCl (l)
k. SrCl2 (l) + Na2CO3(l) → SrCO3(l) + 2 NaCl (l)
l. BaCl2 (l) + Na2CO3(l) → BaCO3(l) + 2 NaCl (l)
C. Pembahasan
Pada percobaan alkali dan alkali tanah dilakukan dua uji yaitu uji nyala dan uji kelarutan. Uji nyala adalah uji warna nyala untuk golongan alkali, alkali tanah dan transisi dalam sistem periodik unsur. Jika suatu atom diberi energi (panas, radiasi, listrik) maka elektron yang terletak pada kulit terluar akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Untuk kembali ke tingkat dasar, atom tersebut akan melepaskan energi dengan cara memancarkan emisi yang khas untuk atom tertentu. Energi yang dilepaskan dapat dideteksi dengan mata atau menggunakan alat spektrofotometer yang terlihat sebagai warna nyala, yang mana setiap atom akan menghasilkan warna nyala tertentu.
Pada percobaan uji nyala digunakan kawat platina, pemilihan kawat platina karena sifatnya yang stabil, tidak bereaksi dengan logam atau larutan uji. Sebelum digunakan kawat platina terlebih dahulu dicelupkan ke dalam larutan HCl 10%, kemudian dipijarkan diatas nyala api. Tujuannya untuk menghilangkan sisa logam atau kotoran-kotoran yang masih menempel pada kawat platina. Kawat platina telah bersih jika tidak memberikan warna nyala. Setelah dipijarkan, kawat platina dicelupkan ke dalam larutan uji dan diberi serbuk logam yang sesuai dengan larutan uji lalu dipijarkan dan diamati warna nyala yang dihasilkan. Nyala yang digunakan adalah nyala oksidasi pada daerah zona mengoksid bawah dimana pada daerah ini terdapat kelebihan oksigen sehingga baik digunakan pada uji nyala.
Dari hasil percobaan diperoleh warna nyala untuk larutan NaCl warna kuning, larutan BaCl2 warna hijau, larutan MgCl2 warna putih, larutan CaCl2 warna jingga dan larutan SrCl2 warna merah. Setiap larutan menghasilkan warna nyala yang berbeda, hal ini dikarenakan tiap atom memiliki konfigurasi elektron yang berbeda serta karakteristik atau sifat khas dari atom tersebut. Hasil percobaan yang diperoleh sesuai dengan teori.
Uji kelarutan dilakukan untuk mengetahui kelarutan logam alkali tanah pada basa, senyawa sulfat dan karbonat. Pada uji kelarutan logam alkali dalam senyawa sulfat, masing-masing ion Mg2+, Ca2+, Sr2+ dan Ba2+ dilarutkan dalam larutan Na2SO4 0,01 N dan diperoleh hasil berturut-turut yaitu larut, larut, sedikit larut dan sukar larut. Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa dalam satu golongan dari atas ke bawah logam alkali tanah semakin sukar larut dalam senyawa sulfat.
Pada uji kelarutan logam alkali tanah dalam senyawa basa, masing-masing ion Mg2+, Ca2+, Sr2+ dan Ba2+ dilarutkan dalam larutan NaOH 0,1 N dan diperoleh hasil berturut-turut yaitu sukar larut, sukar larut, sedikit larut dan larut. Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa dalam satu golongan dari atas ke bawah logam alkali tanah semakin mudah larut dalam senyawa basa.
Pada uji kelarutan logam alkali tanah dalam senyawa karbonat, masing-masing ion Mg2+, Ca2+, Sr2+ dan Ba2+ dilarutkan dalam larutan Na2CO3 0,01 N dan diperoleh hasil berturut-turut yaitu, larut, larut, sedikit larut dan sukar larut. Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa dalam satu golongan dari atas ke bawah logam alkali tanah semakin sukar larut dalam senyawa karbonat.







BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini ialah:
1. Warna nyala logam Natrium, Barium, Magnesium, Kalsium dan Stronsium berturut-turut adalah Kuning, Hijau, Putih, Jingga dan Merah.
2. Kelarutan logam alkali tanah dalam satu golongan dari atas ke bawah dalam senyawa basa adalah semakin mudah larut. Kelarutan logam alkali tanah dalam satu golongan dari atas ke bawah dalam senyawa sulfat dan karbonat adalah semakin sukar larut.
B. Saran
Adapun saran dalam percobaaaan ini sebaiknya pembakar spritus agar warna nyala dalam api lebih jelas.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.“WarnaNyalaLogamAlkali”.file:///F:/Praktek%20anorganik/Referens Lap Anorganik/referensi alkali/warna-nyala-logam-alkali.html.

Cotton, Kimia Anorganik Dasar, (Jakarta: Universitas Indonesia (UI_Press), 1989.

Hamdani, “Uji Nyala”, http://praktek anorganik/referens lap anorganik/referensi alkali/uji nya alkali.html,

keenan, Kimia Untuk Universitas jilid 2. Jakarta: Erlangg, 1999.
Ratna, dkk, “Logam Akali dan Alkali tanah”, 07 februari 2009), file:///F:/Praktek Anorganik/Referens Lap Anorganik/referensi alkali/akali tanah.htm

Sunardi, Unsur Kimia Deskripsi Dan Pemanfaatannya, Bandung: Yrama Wijaya, 2006
Sugiarto, H Kristian , Kimia Anorganik II, Yogyakarta: Universitas Yogyakarta, 2003

Syamsidar, “ Penuntun Praktikum AnOrganik “, Makassar : UIN Alauddin Makassar 2011.

Laporan praktikum Destilasi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Destilasi atau penyulingan adalah suatu proses pemisahan komponen yang berdasarkan pada perbedaan titik didih dimana komponen yang mempunyai titik didih yang rendah duluan keluar dibanding titik didih yang tinggi. pada proses ini terjadi proses penguapian yang diikuti pengembunan. Destilasi dilakukan untuk memisahkan suatu caran dari campurannya apabila komponen lain tidak ikut menguap (titk didih lain jauh lebih tinggi).Misalnya adalah pengolahan air tawar dari air laut. Pada percobaan ini, menggunakan proses destilasi sederhana, dimana menggunakan air sungai sebagai sampel yang akan dimurnikan.
Masalah yang timbul di Masyarakat sekarang ini, masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih. Salah satu cara untuk memperoleh air bersih yang berasal dari air laut, yaitu melakukan proses destilasi.
Untuk mengetahui cara memurnikan air sungai menjadi air bersih dengan menggunakan metode destilasi sederhana, maka dilakukanlah percobaan ini.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari percobaan ini yaitu :
1. Bagaimana proses destilasi secara sederhana ?
2. Bagaimana cara memurnikan sampel air sungai ?




C. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :
1. Untuk mengetahui prinsip dasar proses destilasi secara sederhana
2. Untuk memurnikan sampel air sungai.

D. Manfaat Percobaan
Adapun manfaat dari percobaan ini yaitu :
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui prinsip dasar proses destilasi secara sederhana
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara memurnikan sampel air sungai.



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam kehidupan kebutuhan akan air bersih adalah suatu hal yang pasti untuk keberlangsungan hidup baik itu manusia, hewan maupun tumbuhan. Tidak hanya dalam kehidupan saja melainkan kebutuhan akan air bersih dibutuhkan juga dalam laboratorium. Air bersih dibutuhkan untuk membuat suatu larutan atau melarutan suatu bahan, air bersih yang berasal dari logam lain atau yang biasa disebut air destilat, atau di kenal dengan aquades.
Selain di laboratorium, air destilat ini juga di butuhan sebagai sumber air destilata. Misalnya kita mengolah air laut untuk dijadikan air minum. Untuk mengolah air laut menjadi air minum digunakan tehnik destilasi.
Dalam hal lain destilasi juga digunakan untuk mendapatkan air bersih di suatu Negara, contohnya Arab Saudi,mereka mendestilasi air laut untuk mendapatkan air bersih. Jadi destilasi adalah suatu proses yang sangat berguna dan tidak hanya untuk mendapatkan air bersih tapi juga dalam proses pengolahan minyak bumi, produksi minyak wangi dan lain-lain.
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan mahluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak akan
tergantikan dengan oleh senyawa lainnya. Hapir semua kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air.
Air yang digunakan manusia adalah air permukaan tawar dan air tanah murni. Meningkatnya kebutuhan air dengan bertambahnya jumlah penduduk didunia dan juga sebagai akibat dari peningkatan kebutuhan air untuk rumah tangga, industri, rekreasi, pertanian dan sebagainya. Air dibagi tiga golongan menurut pertukarannya yatu:
Golongan A : Air yang digunakan sebagai air minum tanpak pengolahan terlebih dahulu
Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga
Golongan C : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan, peternakan, pertanian, Industri dan lain-lain.
Air yang dipergunakan untuk minum sebaiknya sebaiknya air yang tidak berwarna, tidak berbau, jernih dengan suhu dibawa suhu udara sedemikian rupa sehingga minimbulkan rasa aman. Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia atau kiniral tertentu oleh zat-zat atau miiral-miniral yang berbahaya bagi kesehatan, diharapkan pula zat-zat atau bahan kimia yang terdapat didalam air minum, sebaiknya zat ataupun bahan kimia dan
miniral yang dibutuhkan oleh tubuh hendaknya harus terdapat dalam kadar yang wajar dalam sumber air tersebut.
Air yang keruh kurang dapat menjadi biomas cukup produktif, walaupun perairan itu mempunyai zat-zat makanan yang cukup. Kekeruhan mengurangi intnsitas cahaya matahai masuk kedalam air. Kekeruhan dapat disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang bervariasi dari ukuran koloida sampai dispersi kasar, tergantung dari derajat tubelensinya. Pengukuran kekeruhan membantu menrntukan jumlah bahan kimia yang dibutuhkan dalam pengolahan air.
Pada masa sekarang ini nampaknya sulit untuk memperoleh air yang betul-betul murni, aliran air dari pegunungan yang diperjirakan paling bersih pun akan membawa mineral-mineral, gas-gas terlarut dan zat organik dari tubuhan dan binatang yang hidup di dalam atau dekat aliran tersebut, selain itu aktivitas manusia merupakan salah satu hal yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah pencemaran air dalam ekosistem air.
Untuk mengetahui pencemaran air sungai digunakan kombinasi parameter fisika, kimia dan biologi. Tetapi sering hanya digunakan paramerter fisika seperti temperatu, warna, bau, rasa dan kekeruhan air, ataupun parameter kimia seperti: partikel terlarut, kebutuhan oksigen biokimia (BOD), partikel tersuspensi (SS), amonia (NH3). Bahan-bahan polutan bagi pencemaran air dalam bentuk pencemaran fisika, kimia dan biologi dibagi menjadi 8 kelompok yaitu:
1. Agen penyebab penyakit (bakteri, virus, protozoa, parasit).
2. Limbah penghabis oksida (limbah rumah tangga, kotoran hewan dan manusia, bahan organik dan sebagainya).
3. Bahan kimia yang larut dalam air (asam, garam, logam beracun dan senyawa lainnya).
4. Pupuk anorganik (garam nitrat dan fosfat yang terlarut)
5. Bahan kimia organik (minyak, bensin, plastik, pestisida)
6. Bahan sedimen atau suspensi (parikel tanah, pasir dan bahan anorganik lainnya yag melayang dalam air)
7. Bahan-bahan radioaktif
8. Panas.
Polutan biologis berasal dari kotoran manusia yang mengandung bakteri, virus, protozoa atau parasit lainnya yang mencemari sungai atau sumur atau mata air.
Berdasarkan teori-teori tersebut ternyata kebutuhan air bersih bukan hanya sebatas dalam kebutuhan manusia saja melainkan air bersih juga dibutuhkan dalam laboratorium khususnya kimia yang digunakan untuk mmbuat larutan atau melarutkan suatu bahan, maka kita membutuhkan air yang bersih dari logam. Untuk memurnikan air dari logam-logam digunakan metode destilasi.
Pertama kali destilasi dikenalkan oleh seorang kimiawan Babilonia di Mesopotamia pad millennium ke-2 sebelum masehi. Namun untuk industri dibawa
oleh kimiwan muslim dalam proses mengisolasi ester untuk membuat parfum. Pada abad ke-8 kimiawan muslim juga berhasil mendapatkan substan kimia yang benar-benar murni melalui proses destilasi. Pada tahun 800-an ahli kimia Persia, Jabir ibnu Hayam menjadi insprasi dalam destilasi skala mikro, karena penemuannya di bidang destilasi yang masih dipakai sampai sekarang. Petroleum pertama kali didisetilasi oleh kimiawan muslim yang bernama Al-Razi pada abad ke-9, untuk destilasi karosin/ minyak tanah pertama ditemukan oleh Avicenna pada awal abad ke-11
Distilasi merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap tersebut didinginkan kembali menjadi cairan. Unit operasi distilasi merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu larutan atau campuran dan tergantung pada distribusi komponen-komponen tersebut antara fasa uap dan fasa air. Semua komponen tersebut terdapat dalam fasa cairan dan uap. Fasa uap terbentuk dari fasa cair melalui penguapan (evaporasi) pada titik didihnya. Syarat utama dalam operasi pemisahan komponen-komponen dengan cara distilasi adalah komposisi uap harus berbeda dari komposisi cairan dengan terjadi keseimbangan larutan-larutan, dengan komponen-komponennya cukup dapat menguap. Suhu cairan yang mendidih merupakan titik didih cairan tersebut pada tekanan atmosfer yang digunakan.

Destilasi dilakukan melalui tiga tahap yaitu evaporasi adalah memindahkan pelarut sebagai uap dari cairan yaitu pemisahan uap-cairan di dalam kolom dan untuk memisahkan komponen dengan titik didih lebih rendah yang lebih mudah menguap dari komponen lain yang kurang volatil dan kondenasasi dari uap, serta untuk mendapatkan fraksi pelarut yang lebih volatil.
Pada pemisahan campuran dari dua campuran yang menguap atau yang titik didihnya berdekatan lebih banyak persoalannya, sehingga tidak dapat dilakukan dengan destilasi biasa. Suatu cara yang digunakan untuk memperoleh hasil yang lebih baik disebut destilasi bertingkat, yaitu proses dimana komponen-komponennya secara bertingkat diuapkan dan diembunkan.
Dalam proses ini campuran didihkan pada kisaran suhu tertentu pada tekanan tetap. Uap yang dilepaskan dalam cairan tidak murni berasal dari salah satu komponen tetapi masih mengandung campuran kedua komponen dengan komposisi yang biasanya berbeda dengan komposisi cairan yang mendidih. Kenyataan umum yang diperoleh adalah bahwa uap lebih banyak mengandung komponen yang mudah menguap (atsiri). Bila sebagian cairan yang telah didihkan uapnya diembunkan, maka campuran akan terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama terdiri dari uap yang terembunkan disebut destilat, dan mengandung lebih banyak komponen yang atsiri dibandingkan cairan aslinya. Bagian kedua adalah cairan yang tertinggal disebut residu, yang susunannya lebih banyak komponen yang sukar menguap. Bila destilat yang mula-mula diperoleh dipanaskan lagi sampai mendidih, maka uap yang baru akan lebih banyak lagi komponen yang lebih atsiri. Hal ini dapat diulangi lagi beberapa kali sampai akhirnya diperoleh salah satu komponen murni yang mudah menguap.
Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada hokum Roult dan hokum Dalton. Destilasi Skala Industri. Umumnya proses destilasi dalam skala industri dilakukan dalam menara, oleh karena itu unit proses dari destilasi ini sering disebut sebagai menara destilasi (MD). MD biasanya berukuran 2-5 meter dalam diameter dan tinggi berkisar antara 6-15 meter. Masukan dari MD biasanya berupa cair jenuh (cairan yang dengan berkurang tekanan sedikit saja sudah akan terbentuk uap) dan memiliki dua arus keluaran, arus yang diatas adalah arus yang lebih volatil (lebih ringan/mudah menguap) dan arus bawah yang terdiri dari komponen berat.
Contoh proses destilasi minyak serei yaitu pada proses distilasi ini dilakukan dengan cara distilasi bertingkat. Pada distilasi pertama bertujuan memisahkan senyawa organik dalam serai yang kenudian larut dalam air(air sebagai pelarut) , kenudia air hasil distilasi pertama akan didistilasi lagi. hal ini bertujuan memisahkan minyak serei dengan air. Disini minyak serei akan dipanaskan sampai berubah fase menjadi uap sedangkan air tetap berwujud cair. Uap serei akan didinginkan oleh air yang berasal dari luar tabung proses ini disebut kondensasio sehingga uap serei akan mengembun dan berubah fase menjadi cair dan terbentuk rendemen.
Teori dasar destilasi yaitu perpindahan panas ke cairan yang sedang mendidih memegang peranan yang penting pada proses evaporasi dan distilasi atau juga pada
proses biologi dan proses kimia lain seperti proses petroleum, pengendalian temperatur suatu reaksi kimia, evaporasi suatu bahan pangan dan sebagainya. Cairan yang sedang dididihnya biasanya ditampung dalam bejana dengan panas yang berasal dari pipa-pipa pemanas yang horizontal atau vertikal. Pipa dan plat-plat tersebut dipanaskan dengan listrik, dengan cairan panas atau uap panas pada sisi yang lain.
Perbedaan sifat campuran suatu fase dengan campuran dua fase dapat dibedakan secara jelas jika suatu cairan menguap, terutama dalam keadaan mendidih. Sebagai contoh adalah cairan murni didalam suatu tempat yang tertutup. Pada suhu tertentu molekul-molekul cairan tersebut memiliki energi tertentu dan bergerak bebas secara tetap dan dengan kecepatan tertentu. Tetapi setiap molekul dalam cairan hanya bergerak pada jarak pendek sebelum dipengaruhi oleh molekul-molekul lain, sehingga arah geraknya diubah. Namun setiap molekul pada lapisan permukaan yang bergerak ke arah atas akan meninggalkan permukaan cairan dan akan menjadi molekul uap. Molekul-molekul uap tersebut akan tetap berada dalam gerakan yang konstan, dan kecepatan molekulmolekul dipengaruhi oleh suhu pada saat itu.
Ada 5 jenis distilasi yang akan dibahas disini, yaitu distilasi sederhana, distilasi fraksionasi, distilasi uap, dan distilasi vakum. Selain itu ada pula distilasi ekstraktif dan distilasi azeotropic homogenous, distilasi dengan menggunakan garam berion, distilasi pressure-swing, serta distilasi reaktif.
1. Destilasi sederhana
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murninya. Senyawa – senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap pada saat mencapai titik didih masing – masing.

Gambar 1. Alat Destilasi Sederhana
Gambar di atas merupakan alat destilasi atau yang disebut destilator. Yang terdiri dari thermometer, labu didih, steel head, pemanas, kondensor, dan labu penampung destilat. Thermometer Biasanya digunakan untuk mengukur suhu uap zat cair yang didestilasi selama proses destilasi berlangsung. Seringnya thermometer yang digunakan harus memenuhi syarat:
a. Berskala suhu tinggi yang diatas titik didih zat cair yang akan didestilasi.
b. Ditempatkan pada labu destilasi atau steel head dengan ujung atas reservoir HE sejajar dengan pipa penyalur uap ke kondensor. Labu didih berfungsi sebagai tempat suatu campuran zat cair yang akan didestilasi .
2. Distilasi Fraksionasi (Bertingkat)
Sama prinsipnya dengan dis.sederhana, hanya dis.bertingkat ini memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik, sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang berdekatan. Untuk memisahkan dua jenis cairan yang sama sama mudah menguap dapat dilakukan dengan destilasi bertingkat.Destilasi bertingkat sebenarnya adalah suatu proses destilasi berulang.Proses berulang ini terjadi pada kolom fraksional.Kolom fraksional terdiri atas beberapa plat dimana pada setiap plat terjadi pengembunan.Uap yang naik plat yang lebih tinggi lebih banyak mengandung cairan yang lebih atsiri (mudah menguap) sedangkan cairan yang yang kurang atsiri lebih banyak dalam kondensat. Contoh destilasi bertingkat adalah pemisahan campuran alkohol-air (lihat gambar di bawah),titik didih alkohol adalah 78oC dan titik didih air adalah 100oC.Campuran tersebut dicampurkan dalam labu didih.Pada suhu sekitar 78oC alkohol mulai mendidih tetapi sebagian air juga ikut menguap.Oleh karena alkohol lebih mudah menguap,kadar alkohol dalam uap lebih tinggi daripada kadar alkohol dalam campuran semula.Ketika mencapai kolom fraksionasi,uap mengembun dan memanaskan kolom tersebut.Setelah suhu kolom mencapai 78oC,alkohol tak lagi mengembun sehingga uap yang mengandung lebih banyak alkohol naik ke kolom di atasnya,sedangkan sebagian air turun ke dalam labu didih.Proses seperti itu berulang beberapa kali (bergantung pada banyaknya plat dalam kolom),sehingga akhirnya diperoleh alkohol yang lebih murni.Contoh lain dari Destilasi bertingkat adalah pemurnian minyak bumi,yaitu memisahkan gas,bensin,minyak tanah, dan sebagainya dari minyak mentah


Destilasi fraksionasi


3. Destilasi Azeotrop
memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen
yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tsb, atau dengan menggunakan tekanan tinggi.

4. Destilasi Uap
Untuk memurnikan zat/senyawa cair yang tidak larut dalam air, dan titik didihnya cukup tinggi, sedangkan sebelum zat cair tersebut mencapai titik didihnya, zat cair sudah terurai, teroksidasi atau mengalami reaksi pengubahan (rearranagement), maka zat cair tersebut tidak dapat dimurnikan secara destilasi sederhana atau destilasi bertingkat, melainkan harus didestilasi dengan destilasi uap. Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan untuk destilasi campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara mengalirkan uap air ke dalam campuran sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi uap pada temperatur yang lebih rendah dari pada dengan pemanasan langsung. Untuk destilasi uap, labu yang berisi senyawa yang akan dimurnikan dihubungkan dengan labu pembangkit uap (lihat gambar alat destilasi uap). Uap air yang dialirkan ke dalam labu yang berisi senyawa yang akan dimurnikan, dimaksudkan untuk menurunkan titik didih senyawa tersebut, karena titik didih suatu campuran lebih rendah dari pada titik didih komponen-komponennya

Destilasi Uap
5. Destilasi vakum
Memisahkan dua kompenen yang titik didihnya sangat tinggi, motede yang
digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari 1 atm, sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya suhu yang digunakan untuk mendistilasinya tidak perlu terlalu tinggi.
















BAB III
METODE PERCOBAAN


A. Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat dilaksanakanya percobaan ini adalah sebagai berikut:
Hari/Tanggal : Jumat, 29 April 2011
Waktu : PukuL 08.00-11.00 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia Analitik, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar,
Samata Gowa.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Labu destilasi 100 mL 1 buah
b. Kondensor 1 buah
c. Pemanas listrik 1 buah
d. Aerator 1 buah
e. Steel head 1 buah
f. Termometer 150oC 1 buah
g. Gelas ukur 100 mL 1 buah
h. Gelas kimia 250 mL 2 buah
i. Statif 2 buah
j. Klem 2 buah
k. Botol semprot 1 buah
l. Ember 1 buah
m. Selang 1 buah
n. Karet berlubang 1 buah
2. Bahan
a. Air (H2O)
b. Air sungai
c. Aquades
d. Batuh didih
C. Prosedur kerja
1. Memasang rangkaian alat desrilasi
2. Mengisi labu destilasi dengan air sungai sebanyak 350 mL, kemudian memasukkan beberapa butir batu didih.
3. Menjalankan air melalui alat pendingin (kondensor)
4. Memanaskan labu destilasi sampai air mendidih, pada suhu 83oC dengan waktu 21,32 menit.
5. Melanjutkan pemanasan sampai pada suhu konstan dengan waktu selama 82 menit.
6. Mengamati kenaikan temperatur pada termometer, Sampai memperoleh volume destilat sebanyak 50 mL.
7. Membaca titik didih destilasi, kemudian mengukur volume destilasi yang diperoleh.









BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Suhu oC Waktu (menit) Volume destilasi keterangan
83 21,32 - mendidih
94 35 - mendidih
94 82 50 mL destilat

B. Pembahasan
Destilasi merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap tersebut didinginkan kembali menjadi cairan. Distilasi merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu larutan atau campuran dan tergantung pada distribusi komponen-komponen tersebut antara fasa uap dan fasa air. Semua komponen tersebut terdapat dalam fasa cairan dan uap. Fasa uap terbentuk dari fasa cair melalui penguapan (evaporasi) pada titik didihnya.
Syarat utama dalam operasi pemisahan komponen-komponen dengan cara distilasi adalah komposisi uap harus berbeda dari komposisi cairan dengan terjadi keseimbangan larutan-larutan, dengan komponen-komponennya cukup dapat menguap. Suhu cairan yang mendidih merupakan titik didih cairan tersebut pada tekanan atmosfer yang digunakan.
Rangkaian alat pada destilasi adalah sebagai berikut :
1. Labu destilasi, berfungsi sebagai wadah atau tempat suatu campuran zat cair yang akan di destilasi yang terdiri dari :
a. Labu dasar bulat.
b. Labu erlenmeyer khusus untuk destilasi atau refluks.
2. Steel Head, berfungsi sebagai penyalur uap atau gas yang akan masuk ke alat pendingin (kondensor), dan biasanya labu destilasinya sudah dilengkapi dengan leher yang berfungsi sebagai steel head.
3. Thermometer, biasanya digunkan untuk mengukur suhu uap zat cair yang didestilasi selama proses destilasi berlangsung, dan thermometer yang digunakan harus, berskala suhu tinggi yang diatas titik didih zat cair yang akan didestilasi, dan ditempatkan pada labu destilasi atau steel head dengan ujung atas reservoir HE sejajar dengan pipa penyalur uap ke kondensor.
4. Kondensor, memiliki 2 celah, yaitu celah masuk untuk aliran uap hasil reaksi dan celah keluar untuk aliran air keran
5. Labu didih, biasanya selalu berasa atau keset, yang berfungsi untuk sebagai wadah sampel. Contohnya untuk memisahkan alkohol dan air.
6. Pipa dalam = pipa destilasi
7. Aerator , berfungsi untuk menyalurkan air kedalam kondensor dan mengeluarkan air dari dalam kondensor.
8 batu didih untuk, Berfungsi untuk menyimbangkan panas suatu sampel bahan di dalam nya
Sampel yang dianalisis yaitu air sungai, pertama – tama memasukan air kedalam labu destilasi, setelah itu dipanakan sampai menguap dan air didalam penampung dijalankan ke kondensor menggunakan aerator, kemudian menunggu sampai mendapatkan destilat yang dihasilkan. Pada saat suhu destilat mencapai 83oC dengan waktu 21,32 menit larutan sampel mulai mendidih. Pada percobaan ini, suhu pada labu destilat konstant pada 94oC, hal ini dikarenakan perbedaan sifat campuran suatu fase dengan campuran dua fase dapat dibedakan secara jelas jika suatu cairan menguap, terutama dalam keadaan mendidih dan destilat yang didapat pada air 300 ml adalah 50 mL pada suhu 94 oC dengan 82 menit.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun keimpulan dari percobaan ini yaitu hasil destilat dari air sungai 300 mL adalah 50 mL pada suhu 94oC dengan 82 menit.

B. Saran
Sebaiknya pada percobaan selanjutnya, pemurnian air sungai dilakukan sampai 2 kali penyulingan, agar memperoleh destilat yang lebih murni.


























DAFTAR PUSTAKA

Anonim.“Macammacamdestilasi”.http://ndarucs.blogspot.com/2010/02/distilasi.html. 11 02 2010 (25 April 2011)

Aditya, Riskian, “Destilasi Uap”, 8 Juni 2010, http://www. /destilasi uap/destilasi-uap.html (21 April 2011)

Bambang Irawan, “Peningkatan Mutu Minyak Nilam dengan Ekstraksi dan Destilasi PadaBerbagaiKomposisiPelarut”,19Juli2010,http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1844/1/06000441.pdf.

Destilasi. http://multiply.com/. Diakses pada 19 april 2011
Destilasi. http://adityabeyubay359.blogspot.com/2009/08/destilasi. html 08 Oktober 2009. (25 April 2011)

Estien Yazid, Kimia Fisika Untuk Paramedis. Andi Yogyakarta, 2005).

Nur Alimah, Kimia Lingkungan. Makassar: SMAK, 2006)
Rukaesih Acmad, Kimia Lingkungan. Jakarta: UNY, 2004)
Yulianto, Muhsin, “Destilasi”, 21 Oktober 2010, http:// www-chem-is-try:org/sect=belajar&ext=destilation07-03. (21 April 2011)

Rabu, 25 Mei 2011

Laporan Praktiku Kation dan Anion



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Dua langkah utama dalam analisis adalah identifikasi dan estimisi komponen-komponen suatu senyawa.  Langkah identifikasi dikenal sebagai analisis kualitatif sedangkan langkah estimasinya adalah analisis kuantitatif.  Analisis kualitatif berkaitan dengan identifikasi zat-zat kimia, mengenali unsur atau senyawa apa yang ada dalam suatu sampel.  Analisis kuantitatif berkaitan dengan penentapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandunng dalam sutu sampel.
Analisis kualitatif terdapat dua aspek penting yaitu, identifikasi dan pemisahan, aspek ini didasari oleh kelarutan, keasaman, kebasaan, pembentukan senyawa kompleks, oksidasi-reduksi, sifat penguapan dan ekstraksi.  Analisi kualitatif biasanya diguakan dalam identifikasi kation dan anion dengan melakukan uji sesifik. Uji spesifik dilakukan dengan penambahan reagen (pereaksi) tertentu yang akan memberikan larutan atau endapan warna yang merupakan karakteristik (khas) untuk ion-ion tertentu.  Berdasarkan hal tersebut maka percobaan identifikasi kation dan anion ini dilakukan.


B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara identifikasi kation secara kualitatif dengan melakukan uji spesifik ?
2.      Bagaimana cara identifikasi anion secara kualitatif dengan melakukan uji spesifik ?
C.    Tujuan Percobaan
1.      Identifikasi adanya kation secara kualitatif dengan melakukan uji spesifik.
2.      Identifikasi adanya anion secara kualitatif dengan melakukan uji spesifik.
D.    Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan yaitu dapat mengetahui unsur-unsur yang termasuk golongan kation dan anion.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.     Klasifikasi Analisi Kation
Untuk analisis kualitatif sistematik kation-kation dikalsifikasi  dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagen. Reagen golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida dan amonium karbonat.  Klalisfikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagen-reagen ini dengan membentuk endapan atau tidak.[1]
Menurut G.  Svehla (1985), Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah sebagai berikut:
1.      Golongan I, kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion golongan ini adalah timbal, merkurium(I) (raksa), dan perak.
2.      Golongan II, kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer.  Ion-ion golongan ini adalah merkurium(II), tembaga, bismut, kadmium, arsenik(III), arsenik(V), stibium(III), stibium(V), timah(II), dan timah(III) (IV).  Keempat ion yang pertama merupakan sub-golongan IIa dan keenam yang terakhir sub-golongan IIb.  Sementara sulfida dari kation dalam golongan IIa tak dapat larut dalam ammonium polisulfida, sulfida dari kation dalam golongan IIb justru dapat larut.
3.      Golongan III, kation golongan ini tak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan hidrongen sulfida dalam suasana asam mineral encer.  Namun, kation ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida dengan suasana netral atau amoniakal.  Kation-kation golongan ini adalah kobalt(II), nikel(II), besi(II), besi(III), kromium(III), aluminium, zink, dan mangan(II).
4.      Golongan IV, kation golongan ini tak bereaksi dengan reagen golongan I, II, III.  Kation-kation ini membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam.  Kation-kation golongan ini adalah kalsium, strontium, dan barium.
5.      Golongan V, kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagen-reagen golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir, yang meliputi ion-ion magnesium, natrium, kalium, amonium, litium, dan hidrogen.
B.       Klasifikasi Analisis Anion
Anion merupakan ion yang muatan totalnya negatif akibat adanya kenaikan jumlah elektron. Misalnya : atom klorin (Cl) dapat memperoleh tambahan satu elektron untuk mendapat ion klorida (Cl-).  Natrium klorida (NaCl), yang dikenal sebagai garam dapur, disebut senyawa ionik (ionik compound) karena dibentuk dari kation dan anion.  Atom dapat kehilangan atau memperoleh lebih dari satu elektron. Contoh ion-ion yang terbentuk dengan kehilangan atau memperoleh lebih dari satu elektron adalah Mg2+, Fe3+, S2-, dan N3-, Na+ dan Cl- Ion-ion ini disebut ion monoatomik karena ion-ion ini mengandung hanya satu atom.[2]
Pengujian anion dilakukan setelah uji kation. Pengujian terhadap anion relatif lebih sederhana karena gangguan-gangguan dari ion-ion lain yang ada dalam larutan minimal (dapat diabaikan). Pada umumnya anion-anion dapat digolongkan sebagai berikut :
1.        Golongan sulfat: SO42-, SO32-, PO43-, Cr2O42-, BO33- -, Cr2O42-, AsO43-,AsO33-. Anion-anion ini mengendap dengan Ba2+ dalam suasana basa.
2.        Golongan halida : Cl-, Br-, I, S2-
Anion golongan ini mengendap dengan Agdalam larutan asam (HNO3).
3.        Golongan nitrat : NO3-, NO2-,C2H3O2-.
Semua garam dari golongan ini larut. NO­3-, NO2-, CH3OO- .[3]
Menurut G.  Svehla (1985), Proses reaksi anion dapat dibagi kedalan dua bagian yaitu:
1.      Kelas A
a.       Gas dilepaskan dengan asam klorida encer atau asam sulfat encer: Karbonat, hidrogen karbonat (bikarbonat), sulfit, tiosulfat, sulfide, nitrit, hipoklorit, sianida, dan sianat.
b.      Gas atau uap asam dilepaskan dengan asam sulfat pekat.
2.      Kelas B
a.       Reaksi pengendapan: sulfat, peroksodisulfat, fosfat, fosfit, hipofosfit, arsenat, arsenit, kromat, dikromat, silikat, heksafluorosilikat, salisilat, benzoate, dan suksinat.
b.      Oksidasi dan reduksi dalam larutan
C.     Golongan Kation Pertama: Timbal(II), Merkurium(I), Dan Perak(I)
Kation golongan pertama, membentuk klorida-klorida yang tak larut.  Namun, timbal klorida sedikit larut dalam air dank arena itu timbel tak pernah mengendap dengan sempurna bila ditambhkan asam klorida encer kepada suatu cuplikan, ion timbal yang tersisa itu, diendapkan secara kuantitatif dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam bersama-sama kation golngan kedua.[4]
Nitrat dari kation-kation ini sangat mudah larut.  Diantara sulfat-sulfat, timbal sulfat praktis tidak larut, sedangkan perak sulfat larut jauh lebih banyak.  Kelarutan merkurium(I) sulfat terletak diantara kedua zat di atas.  Bromida dan iodida juga tidak larut, sedangka pengendapan timbal halida tidak sempurna dan endapan itu mudah sekali melarut dalam air panas.  Asetat-asetat labih mudah larut, meskipun perak asetat bias mengendap dari larutan yang agak pekat.  Hidroksida dan karbonat akan diendapksan dengan reagen yang jumlahnya ekuivalen, tetapi kalau reagen berlebihan, ia tidak bertindak dengan bermacam-macam cara.  Juga ada perbedaan dalam sifat zat-zat ini terhadap amonia.[5]



D.    TimbaL (Pb)
            Menurut Heryando Palar (2004), h. 75, logam timbal atau Pb mempunyai sifat yang khusus seperti berikut:
1.      Merupakan logam  yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
2.      Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating.
3.      Mempunyai titik lebur rendah, hanya 327,5 derajat C.
4.      Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam biasa, kecuali emas dan merkuri.
5.      Merupakan penghantar listrik yang tidak baik.
E.     Merkurium (Hg)
Merkurium adalah logam cair yang putih keperakan pada suhu biasa, dan mempinyai rapatan 13, 534 g ml-1 apad 25oC. Ia tak dipengaruhi asam klorida atau asam sulfat encer (2M), tetapi mudah bereaksi dengan asan nitrat.  Asam nitrat yang dingin dan sedang pekatnya (8M), dengan merkurium yang berlebihan menghasilkan ion merkurium(I):
6Hg + 8HNO3 → 3Hg22+ + 2NO↑ + 6NO3- + 4H2O
dengan asam nitrat pekat panas yang berlebihan, terbentuk ion merkurium(II):
                        3Hg + 8HNO3 → 3Hg2+ + 2NO↑ + 6NO3- + 4H2O
asam sulfat pekat panas jga melarutkan merkurium. Hasilnya adalah ion merkurium(I), jika merkurium terdapat berlebihan
                        2Hg + 2H2SO4 → Hg22+ + SO42- + SO2↑ + 2H2O
sedangkan bila asam berlebihan, ion merkurium(II) yang akan terbentuk
                        Hg + 2H2SO4 → Hg2+ + SO42- + SO2↑ + 2H2O
kedua ion merkurium(I) dan merkurium(II) bersifat sangat berbeda terhadap reagensia-reagensia yang dipakai dalam analisis kualitatif.[6]
F.  Perak (Ag)
Perak adalah logam yang putih, dapat ditempa dan liat.  Rapatannya tinggi (10,5 g ml-1) dan ia melebur pada 960,5oC. Ia tak larut dalam asam klorida, asam sulfat encer (1M) atau asam nitrat encer (2M).  Dalam larutan asam nitrat yang lebih pekat (8M) (a) atau dalam asam pekat panas (b), ia melarut:
6Ag + 8HNO3 → 6Ag+ + 2NO↑ + 6NO3- + 4H2O         (a)
2Ag + 2H2SO4 → 2Ag+ + SO42- + SO2↑ + 2H2O           (b)
perak membentuk ion monovalen dalam larutan yang tak berwarna.  Senyawa-senyawa perak (II) tidak stabil, tetapi memainkan peranan penting dalam proses-proses oksidasi-reduksi yang dikataliskan oleh perak.[7]
G.      Besi (Fe)
Larutan ammonia, endapan coklat merah seperti gelatin dari besi(III) hidroksida, yang tak larut dalam reagensia berlebihan, tetapi larut dalam asam.
Fe3+ + 3NH3 + 3H2O → Fe(OH)3↓ + 3NH4+
hasilkali kelarutan besi(III) hidroksida begitu kecil (3,8x10-38), sehingga terjadi pengendapan sempurna, bahkan dengan adanya garam-garam ammonium (perbedaan dari besi(III), nikel, kobalt, mangan, zink dan magnesium).  Pengendapan tak terjadi jika ada serta asam-asam organik tertentu.  Besi(III) hidroksida diubah padapemanasan yang kuat menjadi besi(III) oksida.[8]
H.      Zink (Zn)
Zink adalah logam yang putih-kebiruan, logam ini cukup mudah ditempa dan liat pada 110-1500C.  Zink melebur  pada 4100C dan mendidih pada 9060C.  Logamnya yang murni melarut lambat sekali dalam asam dan dalam alkali, adanya zat-zat pencemar atau kontak dengan platinum atau tembaga, yang dihasilkan oleh penambahan beberapa tetes larutan garam dari logam-logam ini, mempercepat reaksi. Ini menjelaskan larutannya zink-zink komersial. Yang terakhir ini dengan mudah larut dalam asam klorida encer dan asam sulfat encer dengan hidrogen:
Zn + 2H+ → Zn3+ + H2
Pelarut akan terjadi dalam asam nitrat yang encer sekali, pada mana tak ada gas yang dilepaskan:
            4Zn + 10H+ + NO3- → 4Zn2+ + NH4+ + 3H2O
Dengan penambahan pekatnya konsentrasi asam nitrat, akan terbentuk dinitrogen oksida (N2O).[9]\
I.         Klorida (Cl-)
Kebanyaka klorida larut dalam air.  Merkurium(I) klorida, perak klorida, timbale klorida (yang ini larut sangat sedikit dalam air dingin, tetapi mudah larut dalam air mendidih).  Asam sulfat pekat, klorida ini terurai banyak dalam keadaan dingin, penguraian adalah sempurna pada pemanasan, yang disertai dengan pelepasan hidrogen kloorida,
Cl- + H2SO4 → HCl↑ + HSO4- .[10]
J.       Asetat (CH3COO-)
Asam sulfat encer, asam asetat yang mudah dikenali dari baunya yang seperti cuka, dilepaskan pada pemanasan.
CH3COO- + H+ → CH3COOH↑
Asam sulfat pekat, asam asetat yang dilepaskan pada pemanasan, bersama-sama belerang dioksidasi, yang terakhir ini cenderung menutupi bau menusuk dari uap asam asetat pekat itu.  Karena itu, uji dengan asam sulfat encer dimana uap asam asetat diencerkan dengan uap air, hendaknya lebih dipilih sebagai uji terhadap asetat.[11]
K.     Iodida (I-)
Kelarutan iodide adalah serupa dengan klorida dan bromida.  Perak, merkurium(I), merkurium(II), tembaga(I) dan timbale iodide adalah garam-garamnya yang paling sedikit larut.  Reaksi-reaksi ini dapat dipelajari dengan larutan kalium iodide, KI 0,1M.  Asam sulfat pekat dengan iodide padat, iod akan dibebaskan, pada pemanasan, uap lembayung dilepasakan, yang mengubah kertas kanji menjadi biru.  Sedikit hidrogen iodide terbentuk, ini dapat dilihat dengan meniup melintasi mulut bejana, pada mana dihasilkan asap putih, tetapi kebanyakan darinya mereduksi asam sulfat itu menjadi belerang dioksida, hidrogen sulfida dan belerang yang perbandingan relatif mereaka bergantung pada konsentrasi reagensia-reagensia.
2I- + 2H2SO4 → I2↑ + SO42- + 2H2O.[12]
L.     Metode pengendapan
Pengendapan dilakukan sedemikian rupa sehingga memudahkan proses pemisahannya, missal, Ag dindapkan sebagai AgCl, dikringkan pada 130oC kemudian ditimbang sebagai AgCl atau Zn diendapkan sebagai Zn(NH4)PO46H2O, selanjutnya dibakar dan ditimbang sebagai Zn2P2O7.  Aspek yang penting dan perlu diperhatikan pada metode tersebut adalah endapannya endapannya mempinyai kelarutan yang kecil sekali dan dapat dipisahkan secara filtrasi.  Sifat fisik endapan sedemikian rupa, sehingga mudah dipisahkan dari larutannya dengan filtrasi, dapat dicuci untuk menghilangkan pengotor, ukuran partikelnya cukup besar serta endapan dapat diubah menjadi zat murni dengan komposisi kimia tertentu.[13]


     




BAB III
METODE PERCOBAAN

A.     Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat dilaksanakanya percobaan ini adalah sebagai berikut:
Hari/Tanggal         : Jumat, 15 April 2011
      Waktu                   : PukuL 08.00-11.00 WITA
      Tempat                  : Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Sains dan
                          Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar,
                          Samata Gowa.
B.     Alat dan Bahan
1.      Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu pemanas listrik, gelas kimia 300 mL, gelas kimia 250 mL, tabung reaksi, labu semprot, rak tabung, piprt skala, pipet tetes, gegep, pinset, batang pengaduk.
2.      Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu air (H2O),  amonium karbonat ((NH4)CO3) padatan, asam asetat (CH3COOH) 2M, asam asetat (OAc), asam klorida (HCl) 2M, asam sulfat (H2SO4) 2M,  alkohol (R-OH) 96%, aquadest, barium klorida (BaCl2) 5%, besi (III) klorida (FeCl3) 4%, kalium heksasiano ferrat (K4Fe(CN)6) 2M, kalium iodida (KI) 20 %, kalium kromat (K­2CrO4) 1M, kertas saring, kertas lakmus, natrium hidroksida (NaOH) 0,05M, perak nitrat (AgNO3) 0,1N, timbal II nitrat (Pb(NO3)2) 4%, tissue  dan zink sulfat (ZnSO4) 10%,
C.     Prosedur Kerja
1.      Uji Kation
a.       Ag+
2 tetes AgN03 0,1 N ditambah 2 tetes HCl 2M, terbentuk endapan putih AgCl, ditambah dengan H20.  Dilarutkan endapan dengan (NH4)2CO3 2M.
b.      Pb2+
1).  2 tetes Pb(NO3)2 ditambah K2CrO4 1M, terbentuk endapan kuning
PbCrO4 yang larut dalam NaOH  2M.
2).  2 tetes Pb(NO3)2 ditambah 2 tetes H2SO4 2M dan 2 tetes alkohol
96%, terbentuk endapan putih PbSO4.
c.       Fe3+
2 tetes FeCl3 4% ditambah 2 tetes larutan K2Fe(CN)6 terbentuk warna biru.
d.      Cr3+
2 tetes K2CrO4 1M ditambah 2 tetes AgN03 0,1N, terbentuk endapan merah.
e.       Zn2+
2 tetes ZnSO4 10% ditambah 2 tetes K4Fe(CN)6.  Terdapat endapan putih yang menandakan adanya Zn.
f.       Ba2+
2 tetes BaCl2 5% ditambah 2 tetes CH3COOH 2M ditambah 2 tetes  K2CrO4 terbentuk endapan kuning.
g.      NH4+
(NH4)2CO3 2M padat ditambah 0,5 mL NaOH 6M dipanaskan dalam tabung reaksi, dicium bau yang keluar, diletakkan sepotong kertas lakmus merah dan biru yang basah di atas mulut tabung reaksi.  Diamati perubahan yang terjadi pada kertas lakmus.
2.      Uji Anion
a.       Cl-
2 tetes HCl 2M ditambah 2 tetes AgNO3 dan 2 tetes HNO3 2M, terbentuk endapan putih.  Ditambahkan lagi 2,5 mL (NH4)2CO3 2M endapat larut kembali, ditambah HNO3 6M hingga bersifat asam (dilakukan dilemari asam), terbentuk endapan putih.
b.      I-
2 tetes KI 20% ditambah 2 tetes AgNO3, ditambah 2 tetes HNO3 2M, terbentuk endapan kuning muda, selanjutnya ditambah 2 tetes  (NH4)2CO3 2M, endapan tidak larut.
c.       OAc-
Setetes CH3COOH 2M ditambah setetes H2SO4, kemudian dipanaskan terdapat bau khas asam cuka.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.     Hasil Pengamatan
1.      Uji Kation
No
Zat yang bereaksi
Hasil pengamatan
1
Ag+
AgNO3 + HCl
+ H2O
+ (NH4)2CO3

endapan putih
endapan putih
larut
2
Pb2+
a.      Pb(NO3)2 + K2CrO4
b.      Pb(NO3)2 + H2SO4 + alkohol

endapan kuning
            endapan putih
3
Fe3+
FeCl3 + K4Fe(CN)6

endapan biru
4
Cr3+
K2CrO4 + AgNO3

endapan mrah
5
Zn2+
ZnSO4 + K4Fe(CN)6

endapan putih
6
Ba2+
BaCl2 + CH3COOH + K2CrO4

endapan kuning
7
NH4+
(NH4)2CO3 + NaOH
lakmus biru
lakmus merah

bau ammonia
warna biru
warna biru
2.      Uji Anion
No
Zat yang bereaksi
Hasil pengamatan
1
Cl-
HCl + AgNO3 + HNO3
+ (NH4)2CO3
+ HNO3

endapan putih
larut
endapan putih
2
I-
a.      KI + AgNO3
+ HNO3
+ (NH4)2CO3
b.      KI + FeCl3

endapan kuning
endapan kuning
endapan tidak larut
larutan kuning
3
OAc-
CH3COOH + H2SO4

Bau khas cuka
B.     Reaksi
1.      Uji Kation
a.       Ag+ (perak)
1.      Ag(NO3) + HCl → AgCl + HNO3
2.       AgCl ↓ + (NH4)2CO3 [Ag(NH3)2]+ + Cl- + H2CO3
b.      Pb2+ (timbal)
      1.  Pb(NO3)2 + K2CrO4 PbCrO4  ↓ +  2KNO3     
2.  PbCrO4 ↓ + 2NaOH [Pb(OH)4]2- + Na2CrO4
3.  Pb(NO3)2 + H2SO4     PbSO4  + 2HNO3
c.       Fe3+
4FeCl3  +  3K4Fe(CN)6 Fe4[Fe(CN)6]3+ 12KCl
d.      Cr3+
K2CrO4 + 2Ag(NO3) Ag2CrO4 + 2KNO3
e.       Zn2+
ZnSO4  +  K4Fe(CN)6    K2Zn3[Fe(CN)6]2 + SO42-
f.       Ba2+
1.      BaCl2  +  2CH3COOH Ba(CH3COO)2 + 2HCl
2.      BaCl2 + K2CrO4 BaCrO4 ↓ + 2KCl
g.      NH4+           
(NH4)2CO3 + 2NaOH NH3↑ + Na2CO3 + H2O
                                                 
2.      Uji Anion
a.       Cl-
1.        HCl + Ag(NO3)  AgCl + HNO3
2.      AgCl ↓ + (NH4)2CO3     [Ag(NH3)2]+  + H2CO3 + Cl-
3.      [Ag(NH3)2]+ + Cl- + HNO3 → AgCl ↓ + 2NH4+ + 2NO3-
b.      I-
1.        KI + AgNO3 AgI ↓ + KNO3
2.      AgI ↓ + (NH4)2CO3     /         
3.      6KI + 2FeCl3 → 3I2 + 6KCl + 2Fe3+
4.

 

c.       CH3COOH
CH3COO- + H2SO4  CH3COOH + HSO4-
C.     Pembahasan
1.      Uji Kation
Identifikasi kation Ag+ menggunakan larutan AgNO3, Pertama-tama AgNO3 0,1N dipipet 2 tetes kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan HCl 2M, menghasilkan endapan putih dari senyawa AgCl. Penambahan HCl berfungsi untuk mempercepat adanya endapan karena Ag (perak) tidak dapat larut dengan HCl. Selanjutnya ditambahkan 2 tetes H2O untuk menetralkan larutan, kemudian ditambahkan lagi dengan (NH4)2CO3 untuk melarutkan endapan.
Identifikasi kation Pb2+ menggunakan larutan Pb(NO3)2, pertama-tama Pb(NO3)2 dipipet 2 tetes kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan K2CrO4 menghasilkan endapan kuning dari senyawa PbCrO4.  Penambahan K2CrO4 untuk mempercepat terjadinya endapan karena Pb2+  tidak dapat larut dengan kalium kromat.  Selanjutnya ditambahkan  NaOH 2M dan larutan larut, penambahan NaOH untuk melarutkan endapan.  Identifikasi kation Pb2+  juga dilakukan dengan penambahkan H2SO4 2M dan alkohol 96% menghasilkan endapan putih dari senyawa PbSO4.  Penambahan H2SO4 untuk mempercepat terjadinya endapan.
Identifikasi katoin Fe3+  menggunakan larutan FeCl3 4%, pertama-tama FeCl3 4% dipipet 2 tetes kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2 tetes K4Fe(CN)6 2M, menghasilkan endapan warna biru dari senyawa Fe4[Fe(CN)6]3 . Ini membuktikan bahwa dalam larutan terdapat Fe3+.
Identifikasi adanya kation pada Cr3+  menggunakan larutan K2CrO4 1M, pertama-tama K2CrO4 1M dipipet 2 tetes, kemudian ditambahkan 2 tetes AgNO3 0,1N, menghasilkan endapan warna merah dari senyawa Ag2CrO4. Ini membuktikan bahwa dalam larutan mengandung Cr3+.
Identifikasi kation Zn2+ menggunakan larutan ZnSO4 10%, pertama-tama ZnSO410% dipipet 2 tetes, kemudian ditambahkan 2 tetes K4Fe(CN)6 2M, menghasilkan endapan putih dari senyawa K2Zn3[Fe(CN)6]2, ini menandakan adanya Zn dalam larutan.
Identufikasi kation Ba2+ menggunakan larutan BaCl2 5%, pertama-tama BaCl2 5% dipipet 2 tetes, kemudian ditambahkan 2 tetes CH3COOH 2M dan 2 tetes K2CrO4 1M, menghasilkan endapan warna kuning dari senyawa BaCrO4.
Identifikasi kation NH4+ menggunakan larutan  (NH4)2CO3 2M, pertama-tama (NH4)2CO3 2M dipipet 2 tetes, kemudian ditambahkan  0,5 mL NaOH 6M, selanjutnya dipanaskan menghasilkan bau khas gas amoniak menunjukkan adanya NH3 dalam sampel. Gas amoniak yang merubah kertas lakmus merah menjadi biru.