BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kata larutan (solution) sering dijumpai. Larutan merupakan campuran homogen antar dua atau lebih zat berbeda jenis. Ada dua komponen utama pembentukan larutan, yaitu zat terlarut (solution), dan pelarut (solvent). Fasa larutan dapat berupa fasa gas, cair, atau fasa padat bergantung pada sifat kedua komponen pembentukan larutan. Apabila fase larutan dan fase zat-zat pembentukannya sama, zat yang berada dalam jumlah terbanyak umumnya disebut pelarut sedangkan zat lainnya sebagai zat terlarutnya.[1]
Larutan baku primer berfungsi untuk membakukan atau untuk memastikan konsentrasi larutan tertentu, yaitu larutan atau pereaksi yang ketepatan/kepastian konsentrasinya sukar diperoleh melalu pembuatannya secara langsung. Disamping larutan baku primer, dikenal juga larutan baku sekunder, larutan ini kebekuannya (kapasitas molaritasnya) ditetapkan langsung terhadap larutan baku primer.[2]
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan percobaan ini, untuk mengetahu pembuatan larutan dan standarisasi suatu larutan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaiman cara mengetahui pembuatan larutan baku asam klorida (HCl) 0,1N.
2. Bagaimana cara pembakuan larutan asam klorida (HCl) 0,1N dengan natrium karbonat (Na2CO3).
C. Tujuan
Tujuan dalam pecobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pembuatan larutan asam klorida (HCl) 0,1N.
2. Untuk mengetahui cara pembakuan larutan asam klorida( HCl) 0,1N dengan natrium karbonat (Na2CO3).
D. Manfaat Percobaan
Manfaat dalam percobaan ini yaitu:
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan larutan asam klorida (HCl) 0,1N
2. Mahasiswa dapat membedakan larutan baku primer dengan larutan baku sekunder.
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara menstandarisasi suatu larutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Larutan
Campuran zat-zat yang homogeny disebut larutan, yang memiliki komposisi merata atau serba sama di seluruh volumenya. Suatu larutan mengandung satu zat terlarut atau lebih dari satu pelarut. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponene yang terdapat dalam jumlah yang banyak. Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur tertentu disebut larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh, larutan tidak jenuh.[3]
Fasa larutan dapat berupa fasa gas, cair atau fasa padat yang bergantung pada sifat kedua komponen pembentuk larutan. Apabila fasa larutan dan fasa zat-zat pembentukannya sama, zat yang berada dalam jumlah terbanyak umumnya disebut pelarut sedangkan zat lainnya sebagai zat terlarutnya.
Tabel 1. Jenis-jenis Larutan
Jenis larutan | Zat penyusun |
1. Larutan gas | campuran antar gas antar uap (dalam semua perbandingan). Contoh: ”udara” dengan N2 sebagai pelarut |
2. Larutan cair | Zat padat, zat cair, atau gas melarut kedalam pelarut pelarut cair. Contoh: iod dalam alkohhol; asam asetat dalam air, O2 dalam air dan seterusnya |
| |
3. Larutan padat a. Gas terlarut dalam zat padat b. Zat cair terlarut dalam zat padat c. Zat padat terlarut dalam zat padat (disebut aliasi) | Gas H2 dalam logam paladium; gas N2 dalam logam titanium. Raksa dalam logam emas (amalgam), Seng dalam tembaga (disebut kuningan); karbon dalam besi (disebut baja); timah dalam tembaga (disebut perunggu); dan sebagainya. |
Selain itu, masih ada beberapa macam penggolongan lain teradap larutan. Berdasarkan banyak jenis zat yang menyusun larutan, dikenal larutan biner (tersusun dari dua jenis zat); larutan terner (3 jenis zat penyusun); larutan kuarterner (4 jenis zat penyusun).[4]
Menurut sifat hantaran listriknya, dikenal larutan elektrolit (larutan yang dapat menghantarkan arus listrik), dan larutan non elektrolit (larutan yang tidak dapat mengantarkan arus listrik). Sedangkan ditinjau dari kemampuan suatu zat melarut ke dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu, dikenal:
1. Larutan tak jenuh (unsaturated-solution); larutan yang masih dapat melarutkan sejumlah zat terlarutnya.
2. Larutan jenuh (saturated-solution); larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah maksimal pada suhu tertentu.
3. Larutan lewat jenuh (supersaturated-solution); larutan yang mengandung zat terlarut melebii jumlah maksimalnya.
B. Konsentrasi Larutan
Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan larutan atau pelarut. Pada umumnya konsentrasi dinyatakan dalam satuan fisik, misalnya satuan berat atau satuan volume atau dalam satuan kimia, misalnya mol, massa rumus, dan ekivalen.
Tabel 3. Satuan konsentrasi
Lambang | Nama | Definisa |
Satuan fisika: % W/W | persen berat | gram zat terlarut gram larutan X 100 |
% V/V | persen volume | mL zat terlarut mL larutan X 100 |
% W/V | Persen | gram zat terlarut mL larutan X 100 |
% mg | persen miligram | mg zat terlarut 100 mL larutan X 100 |
Ppm | parts per million | 1 mg zat terlarut 1L larutan X 100 |
Ppb | parts per billion | 1 µ g zat terlarut 1L larutan X 100 |
Sifat kimia: X | fraksi mol | mol zat terlarut mol zat terlarut+mol pelarut |
F | Formal | massa rumus zat terlarut liter larutan |
M | Molar | mol zat terlarut kg pelarut |
M | Molal | mol zat terlarut kg pelarut |
N | Normal | Ekivalen zat terlarut Liter larutan |
m Eq | Miliekivalen | Seperseribu mol muatan |
Osm | Osmolar | Osmols liter larutan |
Cara menyatakan konsentrasi dalam satuan fisik yaitu, persen berat, % W/W, persen volume % V/V, persen berat-volume %W/V, gram zat terlarut dalam satu liter larutan, milligram zat terlarut dalam satu milliliter larutan, parts per mllion, ppm (bagian per sejuta), parts per billion, ppb (bagian per milliard). Cara menyatakan konsentrasi dalam satuan kimia yaitu, kemolaran (M), kenormalan (N), keformalan (F), kemolalan (m) dan fraksi mol.[5]
C. Larutan Baku
Larutan baku adalah larutan yang kepekaannya diketahui dengan tepat dan dapat dibuat melalui dua cara. Kedua cara tersebut masing-masing tergantung dari penggunaan bahan baku. Bahan baku adalah bahan kimia yang dapat dipergunakan untuk membuat larutan baku primer (primary standary solution) dan untuk menetapkan kenormalan larutan baku sekunder (secondary standard solution).[6]
Menurut Tim Kimia dalam penuntun kimia anorganik (2011), h. 1, syarat-syarat yang harus dimiliki bahan baku adalah sebagai berikut;
1. Harus murni atau mudah dimurnikan
2. Harus dapat dikeringkan dan tidak higroskopik
3. Harus mantap dalam keadaan murni maupun dalam larutan
4. Harus dapat larut dalam pelarut yang cocok.
5. Harus dapat bereaksi secara stoikiometri dengan larutan yang akan distandarisasikan atau zat yang akan ditetapkan kadarnya,
6. Bobot setara hendaknya besar, agar pengaruh kekurangan ketelitian sewaktu penimbangan menjadi sekecil-kecilnya.
D. Larutan Baku Primer dan Sekunder
Larutan baku primer berfungsi untuk membakukan atau untuk memastikan konsentrasi larutan tertentu, yaitu larutan atau pereaksi yang ketepatan/kepastian konsentrasinya sukar diperoleh melalui pembuatannya secara langsung. Larutan yang sukar dibuat secara kuantitatif ini selanjutnya dapat berfungsi sebagai larutan baku (disebut larutan baku sekunder) setelah dibakukan jika larutan tersebut bersifat stabil sehingga dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain atau kadar suatu cuplikan.[7]
Larutan baku primer harus dibuat seteliti dan setepat mungkin (secara kuantitatif). Zat yang dapat digunakan sebagai zat baku primer arus memenuhi persyaratan seperti berikut:
1. Kemurniannya tinggi (pengotornys tidak melebihi 0,02%)
2. Stabil (tidak menyerap H2O dan CO2; tidak bereaksi dengan udara, tidak mudah menguap, tidak terurai, mudah dan tidak berubah pada pengeringan). Zat yang stabil berarti memiliki rumus kimia dan akan memudahkan penimbangan.
3. Memiliki bobot molekul (BM; Mr) atau bobot ekuivalen (BE) tinggi.
4. Larutannya bersifat stabil.[8]
Dalam hal tingkat kemurnian, reagen yang digunakan untuk analisis kuantitatif harus mempunyai spesifikasi reagen-analar (AR). Selain syarat-syarat tersebut harus dipenuhi, kesalahan-kesalahan selama proses pembuatan seperti pengeringan, pengukuran (penimbangan) dan pemindahan zat juga harus dihindarkan kecuali karena kesalahan alat, dengan demikian, larutan yang diperoleh akan terukur secara teliti dan tepat dan melalui pengemasan atau penyimpanan yang baik akan bertahan lama.[9]
Suatu zat yang memenuhi syarat-syarat diatas, dapat dilarutkan dan menghasilkan larutan baku (molaritas atau normalitasnya) disebut larutan larutan baku primer. Disamping larutan baku primer, dikenal juga larutan baku sekunder. Larutan sekunder kebakuannya (kapasitas molaritasnya) ditetapkan langsung terhadap larutan baku primer, jika suatu larutan baku sekunder bersifat stabil dan dikemas atau disimpan dengan benar, maka larutan ini dapat berfungsi sebagai larutan baku dan langsung dapat digunakan tanpa harus dibakukan lagi.[10]
Larutan baku sekunder adalah suatu larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: perak nitrat (AgNO3), KMnO4, besi (II) sulfat (Fe(SO4)2). Syarat-syarat larutan baku sekunder:
a. Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
b. Mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
c. Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.[11]
E. Analisi Volumetri
Megukur volume larutan adalah jauh lebih cepat dibandingkan dengan menimbang berat suatu zat dengan suatu metode gravimetri. Akurasinya sama dengan metode gravimetri, analisi volumetric juga dikenal sebagai titrimetri, dimana zat yang akan dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dalam buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak diketahui (analit) kemudian dihitung, maka syaratnya adalah reaksi harus berlangsung secara cepat, reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi samping, selain itu jika reagen penitrasi yang diberikan berlebih, maka harus dapat diketahui dengan suhu indicator.[12]
F. Indikator Methyl Orange (MO)
Metil Orange (Methyl Orange) MO adalah senyawa organik dengan rumus C14H14N3NaO3S dan biasanya dipakai sebagai indikator dalam titrasi asam basa. Indikator metal orange (MO) ini berubah warna dari merah pada pH dibawah 3.1 dan menjadi warna kuning pada pH diatas 4,4 jadi warna transisinya adalah orange. Struktur indikator ini adalah sebagai berikut:
.[13]
Indikator metil orange (methyl orange) MO merupakan indikator asam-basa yang berwarna merah dalam suasana asam dan berwarna jingga dalam suasana basa, dengan trayek pH 3,1 – 4,4. Penggunaan methyl orange (MO) dalam titrasi :
1. Tidak dapat digunakan untuk titrasi asam kuat oleh basa kuat, karena pada titik ekivalen tidak tepat memotong pada bagian curam dari kurva titrasi, hal ini disebabakan karena titrasi ini saling menetralkan sehingga akan berhenti pada pH 7.
2. Titrasi asam lemah oleh basa kuat. Jelas tidak boleh digunakan karena pada pH + 9, untuk konsentrasi 0,1 M.
3. Titrasi basa lemah oleh asam kuat, dapat dipakai, tetapi harus hati-hati, titrasi harus dihentikan asal sudah terjadi perubahan warna.
4. Titrasi garam dari asam lemah oleh asam kuat. Metil orange (MO) dapat dipakai tetapi titrasi harus dihentikan setelah warna berubah.[14]
G. Asam Klorida (HCl)
Asam klorida (HCl) adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). asam kuat merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida (HCl) harus ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang sangat korosif. Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik yang berarti dapat berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam larutan asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium (H3O+).
HCl + H2O → H3O+ + Cl−
Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida (Cl−). Asam klorida (HCl) oleh karenanya dapat digunakan untuk membuat garam klorida (Cl-), seperti natrium klorida (NaCl). Asam klorida (HCl) adalah asam kuat karena berdisosiasi penuh dalam air.[15]
H. Natrium Karbonat (Na2CO3)
Natrium karbonat (Na2CO3) atau soda. Soda adalah bahan dasar penting bukan hanya untuk keperluan sehari-hari (seperti sabun) tetapi juga untuk produk industri yang lebih canggih (seperti gelas). Soda didapatkan dari sumber alam dan kalium karbonat (K2CO3), yang juga digunakan dalam sabun dan dapatkan dalam bentuk abu kayu. Soda dan garam natrium klorida (NaCl) mengandung unsur yang sama. Natrium dan penemuan ini mengakibatkan banyak orang berusaha membuat soda dari garam.[16]
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat dilaksanakanya percobaan ini adalah sebagai berikut:
Hari/Tanggal : Jumat, 29 April 2011
Waktu : PukuL 08.00-11.00 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia Analitik, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar,
Samata Gowa.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu oven, eksikator, neraca analitik, buret asam 50 mL,labu ukur 500 mL, labu ukur 50 mL, erlemeyer 250 mL, pipet volume 25 mL, gelas kimia 300 mL, gelas kimia 100 mL, pipet skala 5 mL, gelas kimia 300 mL, gelas kimia 250 mL, cawan petri, corong, statif, gegep besi, kasa asbes, pipet tetes, spatula, batang pengaduk dan labu semprot.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu, asam klorida (HCl) pekat, aquades, metil orange (MO), natrium karbonat (Na2CO3), dan tissue.
C. Prosedur Kerja
1. Pembuatan larutan asam klorida (HCl) 0,1N
a. Memipet 4,1459 mL HCl pekat 37% ke dalam labu ukur 500 ml
b. Menghimpitkan dengan aquades sampai tanda batas, dan menghomongenkan.
2. Pembuatan standarisasi asam klorida (HCl) 0,1N dengan natrium karbonat (Na2CO3)
a. Mengeringkan natrium karbonat (Na2CO3) dalam oven selama 30 menit dengan suhu 250oC. Ke mudian mendinginkan dalam eksikator selama 15 menit.
b. Menimbang natrium karbonat (Na2CO3) 0,1 gram, kemudian memasukkan ke dalam erlemeyer dan larutkan dengan aquades 25 mL.
c. Menambahkan 2 tetes indikator metil orange (MO) warna kuning, selanjutnya menitrasi dengan asam klorida (HCl) 0,1N, hingga berwarna kuning pucat, kemudian menambahkan sedikit aquades dan titrasi kembali dilanjutkan hingga terjadi perubahan warna merah muda sampai konstan dan menentukan volume titrasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Pembuatan larutan asam klorida (HCl) 0,1N
4,1459 mL HCL pekat 37% dipipet
dimasukkan dalam labu ukur 500 mL
larutan HCl 0,1N
2. Standarisasi larutan asam klorida (HCl0 0,1N dengan natrium karbonat (Na2CO3) anh
0,1 gr Na2CO3 (kering) ditimbang
dilarutkan dengan 25 ml aquades
larutan Na2CO3 (bening) ditimbang
tambah 2 tetes indikator MO
larutan kuning dititrasi larutan kuning pucat ditambahkan
aquades
larutan kuning pucat dititrasi larutan merah muda konstan
Berlaku secara duplo.
V1 = 20,1 mL
V2 = 20,2 mL
B. Reaksi
2HCl (l) + Na2CO3 (s) 2NaCl(aq) + CO2 (g) + H2O (aq)
C. Perhitungan
1. Pembuatan larutan asam klorida (HCl) 0,1N dalam 500 mL
Diketahui: % HCl = 37%
BST = 36,5 gr/mol
BJ = 1,19 gr/L
V1 = 500 mL
Ditanyakan V2 . . . . .?
Penyelesaian: N = % x BJ x 1000
BM
= 37% x 1,19 gr/L x 1000
36,5 gr/mol
N2 = 12,06 N
V1 . N1 = V2 . N2
500 mL . 0,1N = V2 . 12,06 N
50 ml . N = V2 . 12,06 N
V2 = 50 ml . N
12,06 N
= 4,1459 mL
Jadi, untuk membuat larutan asam klorida (HCl) 0,1N dipipet 4,1459 mL HCl pekat 37% dan dilarutka dalam labu ukur 500 mL, kemudian mengimpitkannya.
2. Standarisasi larutan asam klorida (HCl) 0,1N dengan natrium karbonat (Na2CO3) anh
Diketahui : V1 (HCl) = 20,1 mL
V1 (HCl) = 20,2 mL
Vrata-rata (HCl) = 20,15 mL = 0,02015 L
Massa Na2CO3 = 0,1 gr
BM Na2CO3 = 106 gr/mol
Bst Na2CO3 = 53 gr/mol
Ditanyakan :N(HCl) setalah standarisasi. . . ?
Penyelesaian: G = L x N x Bst
N(HCl) = G
L x Bst
= 0,1 gr
0,02015 L x 53 gr
= 0,0936 mol/L
= 0,0936 N
D. Pembahasan
Larutan merupakan campuran homogen antar dua atau lebih zat berbeda jenis. Ada dua komponen utama pembentukan larutan, yaitu zat terlarut (solution), dan pelarut (solvent).
Dalam pembuatan larutan, dikenal larutan baku, dimana larutan baku adalah larutan yang kepekaannya diketahui dengan tepat dan dapat dibuat melalui dua cara. Kedua cara tersebut masing-masing tergantung dari penggunaan bahan baku. Bahan baku adalah bahan kimia yang dapat dipergunakan untuk membuat larutan baku primer dan untuk menetapkan kenormalan larutan baku sekunder. Larutan baku primer adalah suatu larutan yang telah diketahui secara tepat konsentrasinya melalui metode gravimetri, sedangkan larutan baku sekunder
adalah suatu larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembakuan menggunakan larutan baku primer dan biasanya melalui metode titrimetri.
Pada percobaan ini, yang bertindak sebagai larutan baku primer adalah asam klorida (HCl) karena berat molekulnya lebih kecil dan derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer, larutannya relatif stabil dalam penyimpanan, Sedangkan yang bertindak sebagai larutan baku primer adalah natrium karbonat (Na2CO3), karena berat molekulnya lebih besar, mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan dan disimpan dalam keadaan murni, tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di udara.
Pada pembuatan larutan asam klorida (HCl) O,1N. Hal yang pertama yang dilakukan yaitu, memipet 4, 1459 mL asam klorida (HCl) pekat dan memasukkan ke dalam labu ukur 500 mL dan menghimpitkannya sampai tanda batas, serta menghomogenkan.
Pada pembuatan larutan asam klorida (HCl) 0,1N dan standarisasi larutan HCl dengan natrium karbonat (Na2CO3). Hal yang pertama yang dilakukan mengeringkan natrium karbonat (Na2CO3.10H2O) selama 30 menit pada suhu 250oC. Pengeringan ini dilakukan agar H2O yang mengikat natrium karbonat (Na2CO3) bias hilang. Selanjutnya menimbang 0,1 gr natrium karbonat (Na2CO3) dan melarutkannya ke dalam erlemeyer 250 mL dengan penambahan 25mL aquades, kemudian menambahkan 2 tetes indikator metil orange (MO) dan larutan berwarna kuning. penambahan indikator metil orange (MO) berfungsi sebagai larutan penunjuk. Larutan asam klorida (HCl) yang dibuat dalam 500 mL, dimasukkan ke dalam buret asam 50 mL, kemudian larutan natrium karbonat (Na2CO3) yang dilarutkan dan ditambahkan indikator metil orange (MO) dititrasi dengan asam klorida (HCl) hingga warna larutan berubah menjadi kuning pucat. Setelah kuning pucat maka ditambahkan lagi aquades sedikit demi sedikit agar warna larutan cepat memudar, kemudian melanjutkankan lagi titrasi, hingga didapatkan titik ekivalen dan titik akhir titrasi. Hal ini dilakukan secara duplo dan V1 : 20,1 mL dan V2 : 20,2 mL sehingga volume rata-ratanya adalah 20,15 mL atau 0,02015 L. Konsentrasi asam klorida setelah standarisasi dengan natrium karbonat (Na2CO3) yaitu 0,0936 N. Hal ini menandakan bahwa tingkat kesalahan dalam percobaan ini sangat kecil karena hasil perhitungan dan hasil teori hampir mendekati 0,1N.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dalam percobaan ini yaitu, pada pembuatan larutan HCl O,1N menggunakan voleme titrasi 20,15 mL atau 0,02015 L dan kosentrasi normalitas asam klorida (HCl) setelah standarisasi adalah 0,0936 N.
B. Saran
Saran dalam percobaan ini, sebaiknya menggunakan indikator metal orange (MO) camin indigo (merah tua) yang mengubah campuran dari hijau ke abu-abu netral yang dapat memudahkan terjadinya titik akhir titrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Hiskia Achmad, Kimia Larutan, Bandung: PT Citra Aditiya Bakti, 1996
Mulyono HAM, Membuat Reagen Kimia, Jakarta: Bumi Aksara, 2006
S.M. Khopkar, Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta: UI-Press, 2008
Tim Kimia, Penuntun Kimia Anorganik. Makassar: UIN, 2011
Ripani,“Indikator Asam Basa”,09 Februari 2011), http:///F:/Praktek Analitik /referensi/ refensi larutan / indikator-MO..html. (03 Mei 2011)
“Asam Klorida”, http:///F:/Praktek Analitik / referensi / refensi larutan / Asam klorida. html. (03 Mei 2011)
“LarutanBaku”. 09 Februari 2010. http: /// /Praktekanalitik /Referensi /Refensi larutan /Index.php.htm, (03 Mei 2011)
“Metil Orange (Methyl Orange) MO”. 15 Juli 2010. http:///F:/Praktek Analitik /referensi/refensi larutan/Metil Orange (Methyl Orange) MO.html (03 Mei 2011).
“Sintesi Bahan Anorganik”, http:///F:/Praktek Analitik / referensi / refensi larutan / Natrium karbonat html. (03 Mei 2011)
[1] Mulyono HAM, Membuat Reagen Kimia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 1
[2] Ibid, h. 125
[5] Hiskia Achmad, op.cit, h. 2-3
[6] Tim Kimia, Penuntun Kimia Anorganik. (Makassar: UIN, 2011), h. 1
[8] Ibid
[10] Ibid.
[11]“Larutan Baku”. 09 Februari 2010. http:///F:/Praktekanalitik/Referensi/Refensi larutan/Index.php.htm, (03 Mei 2011).
[12] S.M. Khopkar, Konsep Dasar Kimia Analitik, (Jakarta: UI-Press, 2008), h. 36
[13] “Metil Orange (Methyl Orange) MO”. 15 Juli 2010. file:///F:/Praktek Analitik /referensi/refensi larutan/Metil Orange (Methyl Orange) MO.htm
[14]Ripani. “Indikator Asam Basa”. 09 Februari 2011). http:///F:/Praktek Analitik /referensi/ refensi larutan / indikator-MO..html. (03 Mei 2011).
[16]“sintesi Bahan Anorganik”, http:///F:/Praktek Analitik / referensi / refensi larutan / Natrium karbonat htm
terimakasih
BalasHapus